1.FRASA
Ciri-ciri Frasa
Sesuai dengan
definisi-definisi yang dikemukakan para ahli, maka dapat mengidentifikasi frasa
sebagai suatu satuan atau konstruksi yang berciri:
1. terdiri atas dua kata atau lebih yang
berhubungan dan membentuk suatu kesatuan,
2. tidak bersifat predikatif,
3. tidak berciri klausa,
4. merupakan unsur pembentuk klausa, dan
5. menempati salah satu unsur atau fungsi dalam
kalimat.
Selain itu, ciri atau
kriteria lain yang dapat dipakai untuk menandai frasa yakni dengan menggunakan
kriteria unsur suprasegmental berupa intonasi. Unsur suprasegmental yang
dipakai adalah jeda.
2.PREFIKS,
INFIKS, SUFIKS
A. Prefiks
Awalan atau prefiks adalah
sebuah afiks yang dibubuhkan
pada awal sebuah kata dasar.
Kata “prefiks” sendiri diserap dari kata “prefix” yang terdiri dari kata dasar
“fix” yang berarti “membubuhi” dan prefiks “pre-“, yang berarti “sebelum”.
Bahasa Indonesia terutama banyak menggunakan prefiks untuk menurunkan sebuah kata. Dalam studi bahasa Semitik, sebuah
prefiks disebut dengan “preformatif”, karena prefiks dapat mengubah bentuk kata
yang dibubuhinya.
Contoh prefiks dalam bahasa
Indonesia:
berlari: ber- adalah prefiks yang memiliki arti
“melakukan”
seekor: se- adalah prefiks yang memiliki arti
“satu”
mahakuasa: maha- adalah prefiks serapan yang memiliki arti “paling”
B. INFIKS
Contoh infiks:
gembung -> gelembung (V
-> N)
getar -> geletar (N ->
V)
gigi -> geligi (N -> V)
luhur -> leluhur (Adj
-> N)
sidik -> selidik (V ->
Adj)
tapak -> telapak (N ->
N
tunjuk -> telunjuk (V
-> N)
C.SUFIKS
Contoh sufiks :
1. Tempat
Contoh:
pangkalan, pegangan, tumpuan, hadapan, dan lain-lain.
2. Perkakas atau alat
Contoh: ayunan,
kurungan, timbangan, pikulan, dan lain-lain.
3. Hal atau cara
Contoh: Didikan:
dapat berarti hal mendidik atau cara mendidik.
Balasan: hal membalas
atau cara membalas.
4. Akibat atau hasil
perbuatan
Contoh: buatan,
hukuman, balasan, karangan, dan lain-lain.
5. Sesuatu yang
di… atau sesuatu yang telah... seperti yang telah disebut dalam
kata dasa
3. Contoh
kalimat konjungsi.
1. Konjungsi yang menyatakan
pertentangan dengan yang dinyatakan pada kalimat sebelumnya. Seperti : biarpun
demikian/begitu, sekalipun demikian/begitu, walaupun demikian/begitu, dan
meskipun demikian/begitu. Contoh : kami kurang
setuju dengan usulan dia. Biarpun
begitu, kami tetap menghargainya.
2. Konjungsi yang menyatakan lanjutan
dari peristiwa atau keadaan pada kalimat sebelumnya, seperti : sesudah itu,
setelah itu, dan selanjutnya . Contoh :
kami akan memulai pelajaran ini dengan berjalan kaki. Sesudah itu kami akan istirahat dirumah penduduk
3.Konjungsi yang menyatakan
adanya hal, peristiwa, atau keadaan lain diluat dari yang telah dinyatakan
sebelumnya, seperti : tambahan pula, lagi pula, dan selain itu. Contoh : kami menyambut pagi ini
dengan sukacita. Tambahan pula,
burung-burung juga ramai berkicau.
4.Konjungsi yang menyatakan
kebalikan dari yang dinyatakan sebelumnya, seperti : sebaliknya. Contoh : kita jangan terus menebang
pohon-pohon di hutan ini. Sebaliknya,
kita harus menanam bibit-bibit pohon baru.
5. Konjungsi yang
menyatakna keadaan yang sebenarnya, seperti : sesungguhnya dan
bahwasannya. Contoh : kita dilanda banjir
besar tahun ini. Sesungguhnya,
bencana ini telah kita ramalkan tahun kemarin
6. Konjungsi yang
menguatkan keadaan yang dinyatakan sebelumnya, seperti : malahan dan bahkan. Contoh : rumah-rumah di kalimantan
kebanyakan didirikan di tepi sungai. Bahkan, ada kampunng di tengah laut yang
dangkal
7.
Konjungsi yang menyatakan pertentangan dengan keadaan sebelumnya, seperti :
namun dan akan tetapi. Contoh : keadaanya
memang sudah aman. Akan tetapi,
kita tetap harus waspada.
8.
Konjungsi yang menyatakna konsekuensi, seperti : dengan demikian . Contoh : kamu telah
setuju dengan persyaratan ini. Dengan
demikian, kamu harus menanggung semua resikonya